Waktu beliau turun dari mobilnya, dan berjalan berputar-putar pertama-tama di tempat tinggalnya, beliau tidak mengenakan sepatu ataupun sandal, alias kaki kosong, atau istilah di Papua kaki ayam. Memang saya sendiri tidak suka dengan alas kaki. Tentu saja alasan Bob Sadono kaki kosong dan alasan saya berbeda. Maklum saya dilahirkan di kampung, di zaman batu, sewaktu ayah-ibu masih menggunakan serba batu utnuk semua kegiatan sehari-hari.
Saya dibesarkan sampai umur 12 tahun dalam kondisi peralihan dari zaman batu ke zaman besi. Dalam waktu kurang dari 10 tahun sayapun beralih ke zaman modern. Nah, karena latarbelakang hidup saya inilah, menyebabkan sampai detik ini saya tidak suka sandal, sepatu, bahkan pakaian modernpun sering saya tidak suka. Saya mau hidup mengenakan koteka, kaki kosong, berjalan-jalan berburu di hutan-rimba. Itu kebebasan sejati, kehidupan yang sempurna yang saya tahu, dan pernah saya jalani sampai usia 13 tahun.
Kaki kosong, alias kaki ayamlah yang membuat saya tidak mengganti channel TV waktu itu.
Ternyata alasan saya dibawa ke situ oleh Sang Pencipta saya ialah supaya saya belajar apa yang diajarkan Bob Sadono.
Pertanyaan ke sekian diajukan oleh wartawan, tetapi untuk saya sebagai pemirsa ini pertanyaan pertama setelah saya tuned ke channel dimaksud. Ia ditanya,"Bagaimana Anda bisa sukses seperti ini?"
Jawabnya singkat, "Anda harus siap gagal 99 kali, sebelum sukses 1 kali." Wah, sontak saja sang wartawan membanjiri Bob Sadono dengan tertawa, kelakar dan pertanyaan lain yang saya tidak mau tulis di sini, tetapi pada prinsipnya meremehkan atau menyatakan sikap wartawan bahwa alasan ini "mengada-ada, bukan dari pengalamannya pribadi".
Bob Sadono berhenti sejenak, menatap wartawan, dan dengan tangannya bergerak juga, dia katakan kepada wartawan, "Saya serius. Ini teori dari pengalaman hidup, bukan teori muluk-muluk yang menggiurkan, tetapi teori dari pengalaman selama puluhan tahun. Anda harus siap gagal dan siap rugi 99 kali, dan bila perlu 999 kali."
Sang wartawan yang awam dalam dunia usaha ini, yang saya nilai sama sekali iidak mengerti apa yang dimaksudkan ini bertanya, "Berarti kita bukan pengusaha cari untung tetapi menjadi pengusaha cari rugi!"
Langsung Bob Sadono menjawab,
"Ya, betul. Tetapi bukan pengusaha cari rugi, yang benar adalah pengusaha siap rugi. Kebanyakan pengusaha di dunia punya mentalitas mau untung, mencari keuntungan sebesar-besarnya, tetapi Anda tahu, banyak pengusaha yang tidak siap untung, apalagi lebih banyak lagi yang tidak siap kalau rugi. Yang tidak siap untung akhirnya terjun ke dunia gelap seperti perjudian, perzinaan, bahkan sampai korupsi. Intinya mereka tidak siap jadi kaya. Gaya hidup membunuh mereka sendiri. Yang tidak siap rugi akhirnya menghentikan kegiatan bisnis mereka, bahkan ada yang mengakhiri hidup mereka sama sekali atau tidak mau hidup di dunia ini lagi.
Jadi, strategi yang tepat ialah pertama-tama, Anda harus siap rugi, dan bukan sekedar siap rugi, tetapi Anda harus siap rugi atau siap gagal 99 kali atau 999.
Lalu sang wartawan tanya kepada Bob, "Kalau mau rugi sebegitu banyak, apakah tidak perlu cari untung?" Lalu jawab Bob, "Nah itu pertanyaan bagus. Yang kita cari ialah rugi 99 aau 999 kali dan untuk sekali." Langsung saja wartawan ini kembali tertawa, menganggap ini ide gila. Melihat reaksi tidak percaya, Bob lanjutnya,
Tunggu dulu. Apakah lebih baik Anda untung 99 kali lalu rugi sekali dan selamanya, ataukah Anda rugi 99 kali tetapi untuk sekali dan untung itu untuk selamanya? Dengan Anda rugi 99 kali tadi, Anda sudah punya amunisi yang cukup dan sanggup menghadapi dunia jenis apapun, masalah bentuk apapun, dan pengalaman ini akan membuat Anda merajai dunia bisnis Anda sampai selama-lamanya. Dan ingat, untung sekali untuk selama-lamanya.Benar, saya aminkan, dan saya yakini, saya telah tiba kepada channel TV yang tepat, di waktu yang tepat, dan dengan maksud yang tepat pula. Dan maksud itu saya tahu hari ini, 1 Januari 2016, bahwa saya harus siap untuk rugi, dan siap untuk untung. Bukan hanya siap untung dan takut rugi.
Bob Sadono telah pergi, meninggalkan kerajaan bisnisnya untuk anak dan cucunya. Tetapi pengalaman dan pelajarannya ia tinggalkan untuk saya Jhon Yonathan Kwano, sebagai perintis dan pemula Entrepreneurship dan Netpreneruship di Tanah Papua.
Ya, Tuhan Yesus, Tuhan dan Juruselamatku, Tuhan Pohon berkat, berilah hamba-Mu kekuatan, karena saya sudah siap menghadapi kegagalan dan kesuksesan dalam membangun Bisnis Kopi Papua, Bisnis Minyak Buah Merah Papua, Bisnis Noken Papua, Bisnis Gelang Papua, Bisnis Matoa Papua, Bisnis Sagu Papua, ya, bisnis Online dan Offline di Tanah Papua mempromosikan produk-produk unggulan Tanah Papua.
Ya Tuhan, saya siap membawa masyarakat sesuku ku dan sebangsanya memasuki Era pasar MEA tahun 2016. Jauhkanlah kami daripada roh pemalas dan roh kaku bergerak. Berilah kami roh kekuatan, roh keyakinan, semangat untuk dengan gesit dan penuh kepastian melangkah mempromosikan produk-produk dari kekayaan yang ada di Tanah Papua, untuk memberikan manfaat keapda umat manusia sekalian di seluruh muka Bumi.
Biarlah dengan meminum Kopi Papua para penikmat Kopi diberi inspirasi baru dalam menghadapi persoalan dan perjuangan hidup, biarlah dengan Buah Merah Papua semakin banyak penderita penyakit modern yang mematikan sekalipun menjadi sembuh dan sehat-walafiat kembali untuk menjalani hidup mereka sebagaimana mestinya, biarlah dengan noken Papua mereka dapat membawa barang-barang kesayangan mereka dengan aman; dan biarlah produk unggulan Tanah Papua mendapat tempat di hati konsumen di Tanah Papua, di Indonesia, dan di ASEAN. Dalam Nama Yesus, Tuhan dan Penebus, Pohon Berkat, dari kemarin, hari ini, dan selama-lamanya. Amin.
No comments:
Post a Comment