Jayapura, Jubi – Anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar berimbas juga dengan nilai tukar rupiah terhadap Kina (mata uang Papua Nugini). Banyak masyarakat mengeluh.Tapi tidak dengan para pedagang di pasar Skouw-Wutung, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.
Para pedagang di pasar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini bisa tersenyum lebar, karena harga barang dagangan pun naik seiring naiknya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar.
Kini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar berkisar Rp14.800, sedangkan untuk nilai tukar Rupiah terhadap Kina berkisar Rp4.500.
Muslimin, yang membuka warung makan di sisi barat Pasar Skouw mengaku harga makanannya juga mulai dinaikkan mengingat bahan baku juga mulai naik.
“Biasanya saya menjual sepiring nasi ikan dengan harga Rp15 ribu. Sekarang naik Rp.20 ribu. Untuk nasi ayam dari Rp25 ribu naik menjadi Rp35 ribu. Kalau nasi ayam naik lebih banyak karena harga ayam juga cukup mahal,” katanya kepada Jubi belum lama di Skouw.
Menurutnya, harga itu bukan seenaknya dinaikkan olehnya maupun para pedagang makanan setempat. Dia mengaku naiknya harga makanan tersebut sesuai dengan harga bahkan baku yang ikut naik.
“Kalau nilai tukar rupiah melemah saya kurang tahu. Tapi saya kaget harga bahan baku kok semakin hari semakin naik. Kalau ayam sendiri sudah naik sejak dua bulan lalu. Tidak tahu kenapa,” ujarnya.
Lain halnya dengan Mustofa, pedagang kelontongan yang berjualan di sisi utara Pasar Skouw mengaku, harga barang dagangannya masih stabil seperti beberapa bulan lalu. Dan dirinya juga mengaku bahwa belum tahu soal nilai tukar Rupiah yang mulai melemah.
“Saya kurang tahu itu. Tapi mungkin barang dagangan saya tidak terlalu berpengaruh karena ketika saya membeli itu harganya masih stabil. Jadi saya cuma mengambil untuk Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per barang. Itu sudah untung bersih dari satu barang yang saya jual,” katanya.
Nur, pedagang sembako mengaku senang karena nilai tukar Rupiah melemah. Sebab dengan begitu mata uang Kina menjadi naik. “Kalau mau dibilang untung, yah untung. Karena Kina saat ditukar menjadi naik. Dan masyarakat dari sebelah (Papua Nugini) juga kalau belanja menggunakan mata uang Kina,” ujarnya.
Namun, Nur berharap Rupiah bisa kembali normal sehingga kebutuhan masyarakat di wilayah Kota maupun di Indonesia secara umum bisa terpenuhi.
“Saya secara pribadi memang senang karena bisa meraup keuntungan dari hasil dagangan ini, namun saya sedih karena masyarakat kita akhirnya harus lebih irit menggunakan uangnya untuk berbelanja. Pemerintah harus segera atasi ini, jangan sampai krisis moneter beberapa tahun silam terulang kembali,” katanya. (*)
No comments:
Post a Comment