Wamena, Jubi – Kelompok tani Komunitas Basis Gerejawi (KBG) Santo Petrus Pakalu, kampung Muluparek, distrik Musatfak, Kabupaten Jayawijaya, kesulitan memasarkan hasil. Kelompok tani yang dibentuk 2015 itu telah menghasilkan berbagai macam tanaman untuk membangun kemandirian pangan di tengah masyarakat.
“Kami kesulitan memasarkan hasil pertanian seperti hipere, pisang, kopi, sayuran dan juga berbagai kayu olahan,” kata Ketua kelompok tani KBG Santo Petrus Pakalu, Manu Pabika, kepada Jubi, Kamis (21/12/2017).
Hambatan pemasaran karena jarak dan transportasi yang jauh dari kampung Muluparek ke Kota Wamena. Ia berharap perhatian pemerintah daerah maupun pemerintahan kampung dan distrik membantu pemasaran dan persoalan yang dihadapi petani.
“Karena selama ini pemerintah seakan abai dengan kelompok tani kami,” kata Pabika menambahkan.
Hambatan lain yang dihadapi kelompok tani juga masih miskin informasi tentang perkembangan sistem pertanian yang efektif dan profesional, termasuk informasi benih sayuran dan kopi. Mereka hidup di daerah terpencil yang jarang dikunjungi dinas pertanian Jayawijaya.
Penasehat kelompok tani KBG Santo Petrus Pakalu, John Pabika menyatakan kelompok tani yang dibentuk dan dianimasi oleh Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Asisi Musatfak itu membangun kelompoknya tanpa mengandalkan bantuan pemeirntah.
“Kami swadaya membangun kelompok tani tanpa mengandalkan proposal,” kata John.
Padahal mereka masih banyak membutuhkan alat pertanian, mesin pengolahan kopi dan sarana produksi pertanian lain. Menurut dia, selama ini dana desa telah dikucurkan pemerintah pusat yang diperuntukan bagi masyarakat di kampung.
“Namun hal itu tidak berjalan baik, sehingga program pertanian di kampung mereka berjalan apa adanya,” katanya. (*)
No comments:
Post a Comment