Sentani, Jubi – Demi memenuhi kebutuhan hidup, Mama Yetta Masoka berjualan pernak-pernik berbentuk buah pinang. Ia terus menekuni usahanya itu sejak 2009 sampai sekarang.
“Saya sudah berjualan ini sejak 2009. Pokoknya saya keliling di atas kapal sampai ke pasar hingga sekarang. Pernak-pernik ini juga tidak sembarang untuk digunakan, sebab ini bagian dari budaya, kalo mama kami dari Serui itu pake pinang,” kata Yetta, kepada Jubi, Senin, (26/6/2017).
Yetta menjelaskan, bahan-bahan yang digunakan dipilih yang berkualitas agar tidak mudah busuk atau hancur.
“Saya pake bahan dari buah pohon bitanggur, salah satu pohon yang ada di pinggir pante itu. Saya bawa dan amplas, setelah itu saya pakai cat semprot pylox, lalu dikasih lem yang dicampur ampas serbuk,” terangnya.
Sepintas hiasan atau pernak-pernik itu terlihat mudah untuk membuatnya, namun Mama Yetta mengatakan untuk membuatnya susah-susah gampang.
“Aduh, kalau mau kerja ini susah. Saya kerja sendiri bisa sampai 200 buah. Untuk mewarnai saja butuh empat macam warna dari hijau, kuning, putih dan pembungkus warna itu. Butuh empat sampai enam hari baru siap dipasarkan,” katanya.
Ia melanjutkan, pernak-pernik yang sudah jadi, ia jual dengan harga bervariasi sesuai ukuran barang.
“Barang jadi ada seperti anting, tempat kapur, jepit rambut dan hiasan lainnya. Kalau anting-anting saya hargai 50 ribu, jepit-jepit kepala juga 50 ribu. Kalau sudah di tempat ramai saya turunkan harga. Sementara di tempat jualan di Kapalitu 70-80 ribu per buah, tapi kalung ini dijual 100 ribu,” ucapnya.
Salah seorang pembeli mengatakan, pernak-pernik buah pinang ini memang unik dan banyak orang yang tertarik.
“Pernak-pernik ini unik sekali, apa lagi ada anting, kalung dan lain-lain. Saya lihat saat proses pembuatan dan saya tertarik,” ujar Ermince.
No comments:
Post a Comment