Search This Blog

Tuesday, 17 July 2018

Dorong OAP kembangkan usaha ekonomi produktif

Seorang rohaniawan Katolik, Bruder Yohanes Kilok, MTB sedang berikan keterangan pers kepada sejumlah wartawan – Jubi/Frans L Kobun

Seorang rohaniawan Katolik, Bruder Yohanes Kilok, MTB sedang berikan keterangan pers kepada sejumlah wartawan – Jubi/Frans L Kobun

SEJAK tahun 2014 silam sampai saat ini, seorang rohaniawan Katolik, Bruder Yohanes Kilok  tak henti-hentinya mendampingi orang asli Papua di kampung-kampung.

Bruder Yohanes Kilok mendorong masyarakat mengembangkan usaha ekonomi kerakyatan dalam bidang pertanian maupun peternakan.

Usaha yang telah dirintis di beberapa kampung lokal itu, telah membuahkan hasil. Dimana, masyarakat sudah bisa mandiri serta memiliki sumber pendapatan, meskipun nilanya tidak menentu.

Saat ditemui Jubi Selasa 17 Juli 2018, Bruder Johny Kilok mengaku  beberapa tahun silam, ia mencoba merintis usaha di Kampung Sarsang, Distrik Tanah Mring. Saat itu, bersama warga mengembangkan pertanian organic, seperti menanam sayur-sayuran .

“Setelah tiga tahun bersama, akhirnya saya melepas mereka untuk mandiri. Mereka sudah bisa mengembangkan usaha tanam sayur-sayuran serta membuat pupuk organik sendiri. Hingga sekarang, aktivitas tetap berjalan sebagaimana biasa,” ujarnya.

Setelah dari Kampung Sarsang, bruder pindah ke Kampung Wasur. Disana sejumlah kelompok terutama mama-mama Papua, didampingi mengembangkan usaha serupa yakni pertanian organik untuk usaha sayur-sayuran.

“Memang saya masih mendampingi, tetapi tidak rutin karena umumnya mereka sudah mampu menanam beberapa jenis sayur-sayuran serta memproduksi pupuk organik sendiri,” katanya.

Selain di beberapa tempat itu, demikian Bruder, juga di Kampung Nasem. Disana, sejumlah pemuda yang tergabung dalam Orang Muda Katolik (OMK) digandeng dan dilatih membuka lahan menanam sayur.

Hal lainnya adalah pengembangan usaha  beternak babi, ayam sampai mengembangkan kios. Ini juga merupakan bagian dari program Keuskupan Agung Merauke.

“Kami juga melakukan advokasi kepada orang asli untuk gerakan region Papua yakni tungku Papua. Gerakan ini tidak mengimbau dan mengingatkan kepada masyarakat menjaga tanah dengan baik dan tak menjual kepada orang lain,” ungkapnya.

Dijelaskan, motivasi atau spirit memberi perhatian kepada orang Papua, tidak lain agar kabar suka cita  dapat dirasakan semua orang terutama yang lemah, miskin dan tertindas.  “Jadi, kami ingin memberikan perhatian secara serius,” katanya.

Sebagai rohaniawan Katolik, demikian Bruder, dirinya ingin memfokuskan perhatian melakukan advokasi membela masyarakat. Juga  mendorong mereka  menghasilkan sesuatu dari hasil kerjanya untuk mendapatkan uang.

“Contoh kecil saja seperti usaha sayur-sayuran. Kini masyarakat memiliki uang setiap minggu. Karena bisa menanam dan memanen sayur, sekaligus dijual kepada orang lain,” ungkapnya.

Selama ini, menurutnya, ia membantu juga pemasaran. Karena sudah ada pelanggan tetap di kota yang siap membeli. Umumnya orang senang dengan sayur-sayuran,  karena menggunakan pupuk organik.

Lebih lanjut Bruder Johny mengatakan, dirinya berkomitmen  terus mendampingi orang asli Papua di kampung-kampung. “Saya ingin agar mereka bisa menghasilkan sesuatu yang dapat dijual untuk mendapatkan uang demi menopang hidup keluarga,” ujarnya.

Meskipun perlahan, namun pendampingan melekat dilakukan secara terus menerus. Lalu, butuh keterlibatan bersama mereka secara langsung.

“Kita tidak boleh hanya sekedar bicara, tetapi harus terlibat bekerja secara bersama.  Karena itu menjadi salah satu motivasi untuk masyarakat,” katanya.

Ditanya dukungan dana, Bruder Johny mengaku, selain swadaya,  juga bantuan dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) di Jakarta.  “Dengan modal semangat, kadang masyarakat terus menekuni usaha yang telah dirintis. Itulah menjadi suatu kebanggaan tersendiri,” katanya.

Seorang warga di Kampung Sarsang, Andreas Ndigon mengaku, atas pendampingan Bruder Johny selama tiga tahun, kini mereka sudah mandiri.

“Kami sudah bisa membuat bedeng dan menanam sayur sendiri. Bahkan menghasilkan pupuk organik dari beberapa bahan yang telah diajarkan,” tuturnya.

Andreas mengaku, dengan usaha sayur-sayuran yang digeluti, masyarakat setempat telah memiliki  sumber pendapatan setiap bulan bahkan minggu. “Ya, beberapa jenis sayur yang kami tanam, dipanen dan dijual ke kota,” ungkapnya.

Untuk pemasaran, katanya, tidak sulit mengingat Bruder Johny mempunyai relasi. “Kalau datang musim panen, kami selalu berkomunikasi bersama bruder menghubungi orang-orang yang biasa membeli,” ujarnya.

Yohanes Gunzales, warga lain di Kampung Sarsang mengaku, sudah beberapa kali mereka melakukan pertemuan bersama Bruder Johny Kilok. Dari pertemuan tersebut, telah disepakati untuk nantinya  dibuka lahan agar dikembangkan usaha sayur-sayuran.

“Ya, setelah program sumur bor selesai dan masyarakat bisa menikmati air bersih, ada beberapa kegiatan lain  telah disepakati untuk dilaksanakan,” katanya.

Yohanes mengapresiasi Bruder Johny yang tak henti-hentinya datang di kampung-kampung mendorong masyarakat bekerja dan menghasilkan sesuatu dari tangannya sendiri.

“Bagi kami, bruder telah banyak berbuat bagi masyarakat kurang mampu terutama di kampung-kampung lokal. Dari pendampingan yang dilakukan, mereka sudah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya.  (*)

Sumber: TabloidJubi

No comments:

Post a Comment