Sentani, Jubi – Tak ada rotan, akarpun jadi. Tak perlu modal besar, hanya berbekal keyakinan bahwa dia mampu, dimulailah usaha ini. Bermodal gerobak sederhana dan empat pasang meja kursi yang ditata di halaman sebuah rumah toko (ruko), jadilah kafe Blessing sebagai tempat nongkrong anak muda di seputaran Pos VII, Sentani, kabupaten Jayapura.
“Saya yakin, selama ada kemauan, anak muda Papua juga bisa berbisnis, mampu mengelola sebuah usaha. Dengan keyakinan inilah saya buka usaha kecil-kecilan ini. Saya pilih kafe sederhana, tempat nongkrong anak muda. Saya beri nama kafe Blessing agar pengunjung yang datang juga diberkati dengan pelayanan kami,” kata pemilik kafe Blessing, Tresya Kogoya, saat ditemui Jubi di kafenya, Jumat (6/10/2017).
Tresya mengatakan kafe yang terletak di samping pangkalan Pos VII Sentani ini baru dibuka sekitar 1,5 bulan lalu, tapi sudah terlihat mulai ramai pengunjung. Kebanyakan adalah kawula muda.
“Puji Tuhan, kafe berjalan lancar dan tidak ada kendala yang terlalu sulit dilalui. Pengunjung sudah mulai banyak. Kafe buka pukul dua siang sampai 12 malam pada akhir pekan. Hari Senin sampai Jumat hanya buka sampai pukul 11 malam,” kata Tresya, yang masih tercatat sebagai mahasiswi semester 3 jurusan Manajemen di Universitas Cenderawasih Jayapura ini.
Perempuan asal Lanny Jaya ini menjelaskan kafe yang baru dibuka ini memang terlihat belum seramai kafe-kafe di seputaran kota Jayapura yang sudah punya nama. Namun dirinya yakin, kafe yang dikolalanya lambat laun akan berkembang.
“Tempatnya sederhana dan menu yang kami sediakan pun sederhana dengan harga sangat terjangkau. Ada mie telur, Pop Mie, kue coklat, kopi hitam, white coffee, coffee latte, ABC Mocca, Nescafe, teh, susu putih, dan kopi susu. Harga makanan dan minuman disini murah meriah, antara Rp 5 ribu hingga Rp 20 ribu,” ucap perempuan 20 tahun ini.
Perempuan berdarah tanah Tabi ini mengatakan peralatan yang digunakan di kafenya sebagaian bantuan dari keluarga dan sebagian lagi dari usaha sendiri.
“Kalau rame satu hari bisa dapat Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu. Kalau pengunjung lagi kurang hanya bisa bawa pulang uang antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Satu minggu rata-rata bisa kumpul uang antara Rp 1 juta sampai Rp 2 juta,” tuturnya.
Tresya bermimpi, selain kafe Blessing yang dikelolanya, satu saat akan muncul kafe-kafe lain atau tempat usaha lain, misalnya Papua Mart – tempat belanja kebutuhan rumah tangga – yang dimiliki dan dikelola anak Papua.
“Saya harap kafe ini bisa berjalan lancar dan keberadaannya dapat menginspirasi dan memotivasi anak muda Papua untuk berwirausaha dan bukan hanya bermimpi menjadi PNS,” tuturnya.
Di tempat terpisah, Diton Wonda, seorang pelajar SMA, mengatakan sudah mengetahui keberadaan kafe Blessing.
“Iya, su tahu kalo di Pos VII ada kafe. Yang punya anak asli Papua to. Kalau siang sebelum pengayaan di sekolah, kalau pas ada uang, kita main ke situ. Tapi kalau malam itu paling rame apa,” ucap Diton Wonda. (*)
The post Kafe Blessing, hadir untuk menginspirasi anak muda Papua appeared first on PAPUA.business.
No comments:
Post a Comment